
Demokrasi dan Matinya Kepakaran: Sebuah Sudut pandang
Penulis: Suriadi, ME, Ketua Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KPU Lombok Timur |
Secara terminologi, Demokrasi dapat dimaknai sebagai sebuah sistem pemerintahan dimana kedaulatan ada di tangan rakyat, lazim kita dengar dari, oleh, dan untuk rakyat, namun pada tulisan ini, saya tidak akan mengulas tentang apa, bagaimana, dan seperti apa Demokrasi itu.
Lewat tulisan ini, saya ingin memberikan pandangan tentang Demokrasi, yang semakin hari, kian mendapatkan tantangannya sendiri, di tengah derasnya arus perkembangan teknologi informasi yang menjadikan manusia, menjadi satu dimensi, yakni dimensi dunia maya.
Jika ditilik dari sejarah Demokrasi di indonesia, dapat dikatakan berawal ketika Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, di mana UUD 1945 ditetapkan sebagai konstitusi bangsa ini.
Akan tetapi, pada faktanya, demokrasi di indonesia ini mengalami metamorfosis beberapa kali, yakni: Demokrasi Parlementer (1945–1959), Demokrasi Terpimpin (1959–1965), Demokrasi Pancasila (Orde Baru, 1966–1998), Demokrasi Reformasi (1998–sekarang).
Terlepas dari fase Demokrasi kita sejak awal, mungkin dari sekian banyak masyarakat indonesia, ada yang belum puas terhadap demokrasi kita ini. Tentu itu adalah hak masing- masing warga negara, memberikan interpretasi terhadap sistem pemerintahan negaranya sendiri.
Kaitannya dengan judul di atas, saya mengutip sebuah judul buku, edisi terjemahan dalam bahasa indonesia, dimana judul asli dari buku tersebut ialah "The Death of Expertise: The Campaign Against Established Knowledge and Why It Matters".
Dalam buku yang ditulis oleh Tom Nichols tersebut, acapkali pandangan para pakar tenggelam oleh informasi semu, yang di sampaikan para tokoh yang berpengikut besar, para influencer yang belum tentu memahami secara mendalam apa yang dibahasnya, saking populernya pandangan tanpa dasar dan argumentasi tidak ilmiah, pendapat yang salah bisa dianggap sebuah kebenaran, sementara pendapat para ahli yang memiliki reputasi yang baik, sering diabaikan.